Maluku (Ambon)
Kita akan mencoba melihat kasus Ambon yang juga berskala besar pada
tahun-tahun awal reformasi. Pertikaian yang membawa ribuan korban itu
bermula dari isu etnis yang kemudian berkembang menjadi isu keagamaan
sehingga tidak kunjung selesai hingga hari ini. Sebelum terjadi konflik,
praktis kehidupan ekonomi di Ambon dikuasai oleh tiga etnis yaitu
Buton, Bugis, dan Makassar, yang notabene merupakan etnis pendatang dari
Sulawesi, sementara itu orang Ambon sendiri kurang memiliki peranan
dalam bidang ekonomi. Keadaan demikian mudah saja kita mengerti bila
menimbulkan konflik antar etnik. Sebab pertama mungkin adalah timbulnya
deprivasi orang Ambon dimana mereka merasa kalah di tanah sendiri oleh
pendatang. Sebab kedua, munculnya prasangka mayoritas-minoritas.
Prasangka muncul karena etnis Buton, Bugis, dan Makassar sebagai
minoritas menguasai perekonomian di Ambon.
Penyebab pertentangan etnik
Dari kedua naskah diatas dapat diambil kesimpulan penyebab pertentangan etnik, yaitu:
Etnosentris yang berlebihan
Terjadi perebutan sumber daya alam yang mewujudkan persaingan antar etnis
Kesenjangan ekonomi antara etnis asli dengan etnis pendatang yang
menimbulkan kecemburuan sosial. Dalam hal ini tampak bahwa etnis
pendatang lebih maju dan mulai membentuk kelompok eksklusif.
Deprivasi etnik asli yang merasa kalah dengan pendatang
Adanya prsangka etnik yang menyebabkan generalisasi yang berlebihan dan
salah dan prejudice etnik mayoritas di daerah tertentu dikalahkan oleh
etnik minoritas.
Solusi
Meningkatkan kualitas kehidupan kita. Dengan menyadari adanya beragam budaya maka kita bisa lebih humanis.
Diversitas (keberagaman) merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan.
Keberagaman tersebut menuntut untuk terjalinnya toleransi antar etnis
sehingga diskriminasi etnis tidak akan terbentuk
Kehidupan ekonomi semakin mengglobal dan mengharuskan terjalinnya
hubungan dengan berbagai orang dengan latar belakang budaya yang
berbeda. Mulai menerima untuk bekerjasama dengan etnis lain untuk
memajukan perekonomian tanpa adanya diskriminasi etnik.
Menurunkan stereotip dan prasangka. Stereotip dan prasangka merupakan
penyebab terjadinya konflik yang pengaruhnya sangat besar karena
streotip dan prasangka akan membuat pemahaman yang salah tentang etnis
tertentu yang pada akhirnya membentuk generalisasi yang merugikan banyak
pihak (semua kelompok etnis) padahal hanya sebagian (sedikit) dari
anggota etnik tersebut yang melakukan perilaku yang merugikan..
Meningkatkan hubungan lebih positif antara etnis mayaoritas dan etnis
minoritas (etnis asli dan etnis pendatang). Dalam hal ini etnis
pendatang mau meneroma etnis pendatang sebagaai bagian dari keluarga
besar Indonesia sedangkan etnis pendatang “tau diri” dengan bersikap
baik dan menghargai etnis asli dan mengikuti norma-norma yang berlaku
dalam budaya yang ada.
Membangun identitas pribadi yang utuh yang mengandung
a) Pengakuan
tehadap warisan budaya etnik,
b) Memandang diri sebagai individu yang
menghargai adanya perbedaan nilai-nilai pada setiap orang.Mengerti
keadaan kognitif diri sendiri (seperti stereotip dan prasangka) untuk
membangun hubungan dengan teman-teman yang berbeda latar belakang
budaya.
Membentuk sikap tenggang rasa, saling menghargai dan bersedia membaur antar etnik tanpa membentuk kelompok eksklusif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar